Saturday, June 30, 2012

Bahan Organik dalam Prespektif Kesuburan Tanah

0 comments
Bahan Organik dalam Prespektif Kesuburan Tanah
Bahan organik merupakan limbah tumbuhan, hewan,dan manusia. Limbah tumbuhan yang ada di lapanganadalah jerami padi, sisa tanaman jagung, kedelai,kacang tanah, sayuran, gulma, kakao, dan kelapasawit, tanaman peneduh seperti gamal, lamtoro, dan kaliandra. Limbah hewan berupa ternak kotoran sapi, ayam, kambing, kerbau, dan kuda. Bahan organik tanah merupakan sisa jaringan tanaman dan hewan yang telah mengalami dekomposisi, baik sebagian maupun seluruhnya, biomasa mikroorganisme, bahan organik tanah terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Masalah penurunan bahan organik tanah yang menyebabkan kebutuhan pemupukan yang semakin meningkat (Aphani, 2001). Masalah ini dapat diatasi dengan perbaikan praktek manajemen terhadap kondisi tanah pertanian. Kandungan bahan organik  dikebanyakan tanah saat ini terdapat indikasi semakin merosot.  Sekitar 80 % lahan  sawah kandungan C organik tanahnya kurang dari 1 % (Aphani, 2001),  apalagi pada lahan-lahan kering.  Kandungan C organic kurang dari 1 % menyebabkan tanah tidak mampu menyediakan unsur hara yang cukup, disamping itu unsur hara yang diberikan melalui pupuk tidak mampu dipegang oleh komponen tanah sehingga mudah tercuci, kapasitas tukar kation menurun, agregasi tanah melemah , unsur hara mikro mudah tercuci dan daya mengikat air menurun.  Pada tanah dengan kandungan C organik rendah menyebabkan kebutuhan pemupukan nitrogen makin meningkat karena efisiensinya yang merosot  akibat tingginya tingkat pencucian.
Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia, maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Sekitar setengah dari Kapasitas Tukar Kation (KTK) berasal dari bahan organik. Di samping itu, bahan organik adalah tanah mineral tidak melebihi 3 atau 5 persen dari bobot tanah. Walaupun jumlahnya sedikit, pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan selanjutnya terhadap pertumbuhan tanaman sangat nyata. Pengaruh bahan organik pada ciri fisika tanah adalah kemampuan menahan air meningkat, warna tanah menjadi coklat atau hitam, merangsang granulasi agregat dan memantapkannya, menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat. Pada kimia tanah pengaruhnya adalah meningkatkan daya serap dan kapasitas tukar kation, kation yang mudah dipertukarkan meningkat, dan pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus. Sedangkan pengaruh bahan organik tanah pada biologi tanah meningkatnya jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah, serta kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik.
Bahan orgnik di samping berpengaruh terhadap pasokan hara tanah juga tidak kalah pentingnya terhadap sifat fisik, biologi dan kimia tanah lainnya. Syarat tanah sebagai media tumbuh dibutuhkan kondisi fisik dan kimia yang baik. Keadaan fisik tanah yang baik apabila dapat menjamin pertumbuhan akar tanaman dan mampu sebagai tempat aerasi dan lengas t anah, yang semuanya berkaitan dengan peran bahan organik. Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah meliputi : struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan yang tidak kalah penting adalah peningkatan ketahanan terhadap erosi.
Kandungan bahan organik yang cukup di dalam tanah dapat memperbaiki kondisi tanah agar tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan dalam pengolahan tanah. Berkaitan dengan pengolahan tanah, penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuannya untuk diolah pada lengas yang rendah. Di samping itu, penambahan bahan organik akan memperluas kisaran kadar lengas untuk dapat diolah dengan alat -alat dengan baik, tanpa banyak mengeluarkan energi akibat perubahan kelekatan tanah terhadap alat. Pada tanah yang bertekstur halus (lempungan), pada saat basah mempunyai kelekatan dan keliatan yang tinggi, sehingga sukar diolah (tanah berat), dengan tambahan bahan organik dapat meringankan pengolahan tanah. Pada tanah ini sering terjadi retak-retak yang berbahaya bagi perkembangan akar, maka dengan tambahan bahan organik kemudahan retak akan berkurang. Pada tanah pasiran yang semula tidak lekat, tidak liat, pada saat basah, dan gembur pada saat lembab dan kering, dengan tambahan bahan organik dapat menjadi agak lekat dan liat serta sedikit teguh, sehingga mudah diolah.
Upaya pengelolaan bahan organik tanah yang tepat perlu menjadi perhatian yang serius, agar tidak terjadi degradasi bahan organik tanah. Penambahan bahan organik secara kontinyu pada tanah merupakan cara pengelolaan yang murah dan mudah. Namun demikian, walaupun pemberian bahan organik pada lahan pertanian telah banyak dilakukan, umumnya produksi tanaman masih kurang optimal, karena rendahnya unsur hara yang disediakan dalam waktu pendek, serta rendahnya tingkat sinkronisasi antara waktu pelepasan unsur hara dari bahan organik dengan kebutuhan tanaman akan unsur hara. Kualitas bahan organik sangat menentukan kecepatan proses dekomposisi dan mineralisasi bahan organik.
Untuk mempertahankan dan meningkatkan bahan organik tanah, diperlukan pengelolaan yang tepat, yaitu dengan melakukan penambahan bahan organik. Masalah utama dalam penambahan bahan organik di lapang adalah masalah sinkronisasi dan ketidak tersediaan sumber bahan organik. Untuk membantu sinkroni antara ketersediaan hara dengan kebutuhan hara oleh tanaman, dapat dilakukan dengan pencampuran bahan yang berkualitas tinggi dengan yang berkualitas rendah, atau dengan upaya pengomposan. Pupuk kandang merupakan sumber bahan organik utama bagi petani, namun dengan semakin berkurangnya pemilikan jumlah ternak oleh petani akan berdampak jumlah pupuk kandang yang tersedia semakin terbatas. Oleh karena itu, perlu dicari sumber bahan organik yang potensial setempat yang lain. Berbagai sumber bahan organik yang dapat dikembangkan meliputi: pupuk hijau, sisa tanaman, sampah kota dan limbah industri. Khusus penggunaan sampah kota dan limbah industri perlu diwaspadai : (1) adanya logam mikro dan atau logam berat lain yang bersifat racun, (2) kemungkinan adanya senyawa organik racun, dan (3) kemungkinan adanya bibit penyakit (patogen).


Sumber Pustaka :
Aphani,  2001.  Kembali ke pupuk organik.  Kanwil Deptan Sumsel.  Sinartani.  No.  2280.
Atmojo, Suntoro Wongso. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah Dan Upaya Pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surrakarta.
Kasno, A. 2009. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah. http://balittanah.litbang.deptan.go.id/. Diakses 25 Juni 2012.
Kautsar, Valensi. 2012. Bahan Organik Tanah. http://valkauts.wordpress.com/2012/04/14/bahan-organik-tanah.html. Diakses 25 Juni 2012
Read more...
Tuesday, May 22, 2012

Kualitas Pendidikan Indonesia Dalam Kacamata Karakter Bangsa

0 comments
Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan” (UUD 1945 pasal 31 ayat 1)

     Pada hakekatnya pendidikan merupakan hak asasi manusia yang telah termaktub pada dasar negara Indonesia. Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional definisi pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Proses pendidikan berlangsung secara nature dan melalui proses pembelajaran. Manusia semenjak lahir memulai pendidikan dari melihat, mendengar, meniru dan mencipta. Aneh rasanya jika proses yang berjalan ongoing tidak berkolerasi dengan kulatitas pendidikan Indonesia.
     Momentum Hardiknas (Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Mei) dan Harkitnas (Hari Kabangkitan Nasional yang diperingati setiap 20 Mei) menjadi cambuk bagi bangsa Indonesia. Kualitas pendidikan Indonesia berada di bawah rata-rata negara berkembang lainnya. Hal ini berdasarkan hasi survei World Competitiveness Year Bool tahun 1997-2007 menunjukan bahwa dari 47 negara yang disurvei, pada tahun 1997 Indonesia berada pada urutan 39 dan pada tahun 2007 dari 55 negara yang disurvei, Indonesia menempati posisi ke-53. Hal ini perlu menjadi catatan besar bagi kita selaku objek maupun subjek pendidikan. Ironi dan dilema pendidikan Indonesia memunculkan pendapat bahwa pelajar dan mahasiswa hanya menjadi ‘Buruh’. Meraka hanya dijejali dengan materi, diwajibkan mengikuti pembelajaran dalam kelas tanpa memperhatikan pembelajaran lingkungan, pembelajaran masayarakat dan kepekaan sosial. Kualitas pendidikan Indonesia bak si kaya dan si miskin, sehingga akan banyak pelajar, mahasiswa dan masyarakat yang termiskinkan pendidikan. Belajar hanya secara normatif tanpa memperhatikan kepekaan sosial dan aplikasi dalam bermasyarakat. Raga yang berpendidikan tapi jiwa tak berpendidikan.
     Kondisi yang memprihatinkan menjadikan makna kualitas pendidikan dipertanyakan. Penulis melihat kualitas pendidikan sebagai nilai pemahaman proses pembelajaran dan nilai realisasi karakter bangsa. Karakter bangsa  cenderung tak tersentuh secara nyata pun jika ada hanya sebatas proses pemahaman tentang karakter bangsa. Dewasa ini di media cetak, elektronik dan media internet banyak memberitakan tentang kasus jual beli kunci ujian, contek mencontek, plagiatisme, bahkan kasus kriminal yang dilakukan oleh pelajar menunjukan nilai realisasi karakter bangsa tidak terwujud nyata. Fenomena ini muncul akibat rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Faktor yang mempengaruhi antara lain : 1) Rendahnya sarana fisik, 2) Rendahnya kualitas guru, 3) Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, 4) Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, 5) visi dan moralitas pendidik serta anak didik yang rendah dan 6) Mahalnya biaya pendidikan. Memang menjadi masalah serius di negeri ini. Anggaran pendidikan yang sudah tinggi tidak menjamin sarana fisik yang baik dan biaya pendidikan yang terjangkau, penyebabnya jelas moralitas masyarakat yang mementingkan golongan, kepetingan pribadi dan mendapat keadaan yang tepat. Momok ini hanya bisa hilang jika nilai luhur dan karakter bangsa benar-benar terrealisasikan. Masalah pemerataan pendidikan sangat jelas timbul antara wilayah barat dan wilayah timur. Sungguh memprihatinkan ketika fragmentasi dan posisi pandang pendidikan dibedakan menurut wilayah.
Read more...

Labels

 
DSBB (Dream, Science, Brace, Belief) © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here